March 24, 2011

BWF World Ranking

Hasil yang dicapai tunggal putri Indonesia pada All England Open Superseries Premier 2011 di Birmingham, Inggris pekan lalu, sangat memprihatinkan. Tiga tunggal putri, Adriyanti Firdasari, Aprillia Yuswandari dan Lindaweni Fanetri gagal bersaing di babak kualfikasi sehinga tidak lolos melaju ke babak utama.

Hasil dicapai ini tidak mampu memperbaiki peringkat yang ada, seperti terlihat pada rilis peringkat dunia yang dikelurkan Badminton World Federation (BWF) tanggal 17 Maret 2011.
silahkan lanjutkan baca selengkapnya

March 2, 2011

Korelasi Peran Pendidikan terhadap Pelstarian Budaya

Arus globalisasi yang seiring dengan perkembangan teknologi, mengubah wajah dunia hari ini. Sehingga, bukan hanya jarak yang terasa dekat, tapi juga sekat-sekat antar kebudayaan dan peradaban semakin tipis.
Dari perkembangan tersebut, interaksi antar kebudayaan semakin intensif. Namun persoalannya, terjadi hegemoni terhadap satu kebudayaan terhadap kebudayaan lainnya. Dengan demikian, terjadi pengikisan terhadap budaya tradisional (folk culture). Parahnya, masyarakat kita mengalami Culture Shock dimana terjadi kekacauan budaya dari konfrontasi antar budaya. Menurut Samuel P. Huntington dalam bukunya Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia (2005:103) mengatakan :
Ekspansi Barat mampu menawarkan modernisasi dan westernisasi bagi masyarakat-masyarakat non-barat. Tokoh-tokoh politik dan intelektual dari masyarakat tersebut memberikan reaksi terhadap pengaruh barat satu atau lebih cara : menolak modernisasi dan westernisasi, menerima modernisasi dan westernisasi, menerima yang pertama menolak yang kedua
Modernisasi sebagai anak kandung reinasans di Eropa, bukan hanya menawarkan mekanisasi produksi untuk meningkatkan hasil ekonomi. Akan tetapi membawa paradigma mekanistik dalam memandang manusia. Sehingga mengantarkan manusia pada jurang dehumanisasi, dimana akar spiritual dicerabut pada kemanusiaan.
Sementara disisi lain, berdasar logika oposisi biner modern-tradisional, maju-terkebelakang, barat-timur, rasional-irasional dan dikotomi lainnya, budaya barat memposisikan non barat sebagai terkebelakang dan mesti dimodernisasi. Dari pintu inilah, westernisasi membonceng di modernisasi.
Sehubungan dengan dehumanisasi yang diakibatkan oleh modernisasi dan westernisasi, Maurice Borrmans dalam sumbangan tulisannya pada buku Dialektika Peradaban (2002:108) berkomentar :

LOGIKA BERKAH

Setelah membayar barang yang saya beli, nenek penjual itu menerima uang sejumlah beberapa ribu rupiah. Dia langsung menjunjung uang tersebut dan menepuk uang tersebut pada dagangannya. Heran menyaksikan pemandangan itu, saya pun bertanya, “Mengapa nenek lakukan itu”?. Nenek itu berkata, “Barakka’na na” (=yang penting berkahnya nak).
Kebingungan itu bergelayut dipikiranku hingga beberapa tahun. Ketika berteman dengan seorang yang gemar berjudi, dia selalu bercerita tentang bagaimana dia menghabiskan uangnya dimeja judi. Ia pernah menang, juga pernah kalah. Ia berbicara jumlah uang jutaan dalam perjudiannya, tapi ia meminta sepatuku. Kemenangannya dimeja judi tak membuat dia bisa membeli barang yang ia bisa pakai berlama-lama. Orang bilang, uang hasil judi itu adalah uang panas, tidak berberkah. Akhirnya saya mencoba benturkan dengan pahaman sang nenek penjual dipasar tradisional, untuk memahami apa itu berkah.